Cermat Menjadi Seorang Franchisor

Thursday, April 3rd 2014. | Marketing

Berbisnis bukan hal yang mudah, apalagi jika memakai brand baru. Namun, ada cara cepat agar brand sebagai usaha kita, bisa langsung dikenal oleh konsumen. Ya, waralaba memang merupakan teknik bisnis yang sudah banyak terjadi. Sistem yang mudah seolah menarik minat seseorang untuk membuka usaha, tanpa harus membangun branding ke khalayak umum. Sistem waralaba memang terlihat menarik, tetapi sebuah risiko dalam bisnis tetaplah ada. Sebelum Anda memutuskan untuk menjadi seorang franchisee, ada baiknya ketahui risiko yang mungkin Anda hadapi.

1.      Hati-Hati dengan Citra Merek

Semakin terkenal sebuah merek franchise maka akan banyak pula peminatnya. Kesuksesan sebuah brand dalam “menjaring” franchisee bukan tanpa hambatan. Gerai yang tersebar di mana-mana dengan pemilik yang berbeda, bisa menghasilkan citra buruk jika salah satu franchisee berperilaku buruk terhadap konsumen. Apalagi teknologi yang semakin canggih dan bebas berpendapat di negara ini memungkinkan seorang konsumen yang kecewa menyebarluaskan di dunia maya. Salah penanganan keluhan konsumen oleh salah satu franchisee menjadi bumerang bagi pewaralaba lainnya, mengakibatkan timbulnya citra buruk yang akan dialami oleh seluruh gerai.

2.      Supply Barang

Biasanya, seorang franchisor menetapkan bahan baku produksi, seperti bumbu, dibeli langsung oleh pemasok. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan rasa antar gerai. Masalahnya, terkadang terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku. Ketika bahan baku yang dibutuhkan mengalami keterlambatan pengiriman tentunya akan berpengaruh pada proses produksi seorang franchisee. Faktor penyebab keterlambatan tersebut bermacam-macam dan tak ada unsur kesengajaan dari pihak pemasok, biasanya keterlambatan dikarenakan dari perusahaan ekspedisi atau memang keterlambatan produksi yang diakibatkan oleh karyawan pemasok. Biasanya untuk mengatisipasi seperti itu, pemasok mengharuskan franchisee memesan bahan baku jauh-jauh hari sebelumnya—misalnya dua minggu. Jadi, bahan baku yang akan dipakai bisa ada tepat waktu ketika dibutuhkan.

3.      Ketika Berganti Pemilik

Sebagai franchisee yang hanya terikat perjanjian dalam penggunaan merek dan sistem bisnis merek tertentu memang membuat posisi franchisee tidak kuat. Mengapa? Seorang franchisee hanya membeli merek, bukan pemilik asli—atau dengan kata lain ia hanya bekerja sama dengan memanfaatkan nama yang sudah dikenal. Dengan status tersebut sebenarnya membuat posisi franchisee lemah. Apalagi banyak franchisor membuat perjanjian ketika waralaba dibeli oleh pihak lain, pewaralaba atau franchisor tidak perlu meminta izin kepada terwaralaba atau franchisee karena  mereka tidak memiliki hak untuk menyetujui atau menolak. Berbeda ketika seorang franchisee ingin mengganti kepemilikan di mana harus disetujui oleh franchisor. Berganti kepemilikan memang lumrah terjadi dan hal tersebut bisa menjadi masalah baru bagi terwaralaba. Dengan berganti pemilik, tentu akan berganti pula dengan sistem manajemennya bahkan hingga perbedaan visi. Atau yang lebih parahnya, jika franchisor menghentikan usahanya. Akan ada perebutan hak atas merek tersebut secara resmi dan harus diperhatikan pula dari segi kelegalan. Ini salah satu risiko yang mungkin saja terjadi jika Anda ingin membeli waralaba.

4.      Mental Belum Siap

Banyak franchisor berasal dari seorang karyawan. Dengan memiliki tabungan, ia bisa membuka sebuh usaha dan memiliki uang tambahan per bulannya. Namun, ada yang tak ia pikirkan sebelumnya bahwa mental seorang pengusaha tentunya berbeda dengan seorang karyawan. Franchisee sebenarnya dituntut untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan operasional. Ia yang biasanya bekerja hanya dari Senin hingga Jumat, otomatis harus bekerja setiap hari untuk mengurus gerai franchisenya. Ritme kerja yang berubah tersebutlah yang akan dialami dan kemungkinan terbesar Anda tak siap. Biasanya untuk menyiasatinya, franchisee yang bekerja di perusahaan lain akan mempekerjakan karyawan untuk mengurus gerainya. Namun, ketika karyawan tersebut—di mana usaha Anda hanya dalam taraf kecil—keluar, Anda belum siap mencari karyawan baru sehingga gerai atau gerobak harus dipensiunkan terlebih dahulu.

 

Empat hal tersebut merupakan risiko yang mungkin saja terjadi bagi calon franchisee. Jika Anda belum siap menghadapi hal tersebut, pikirkan rencana Anda kembali. Salah-salah berinvestasi akan mengakibatkan tabungan Anda habis. Namun, ingat bahwa perlu kerja keras dan mengalami kegagalanlah seorang pengusaha akan mencapai kesuksesannya suatu hari nanti.

 

(Herti Annisa)

Related For Cermat Menjadi Seorang Franchisor