Tips Berbisnis Kuliner di Perantauan
Budaya merantau sudah bukan sesuatu yang aneh di negeri kita tercinta ini, Indonesia. Barangkali sering kita temui orang—orang di lingkungan sekitar yang berasal dari berbagai penjuru daerah, jauh dari tempat mereka bermukim saat ini. Mereka meninggalkan kampung halamannya menuju daerah lain, umumnya ke kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain-lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Barangkali Anda pun juga termasuk golongan perantauan.
Para perantau ini tidak selalu berpergian ke daerah orang untuk mencari pekerjaan, kebanyakan dari mereka justru membuka usaha di tempat perantauan dan mempekerjakan orang-orang asli dari daerah yang dituju. Jarak yang jauh dari rumah dan perbedaan kultur budaya dengan masyarakat asli pun tidak menghalangi niat mereka untuk berbisnis di tanah perantauan. Bagaimanakah agar bisnis kuliner di perantauan dapat sukses dan berkembang? Berikut ini merupakan kiatnya :
1. Mengetahui kultur masyarakat
Perbedaan kultur dengan masyarakat sekitar perlu diperhatikan ketika ingin memulai bisnis di perantauan. Ketahuilah hal-hal apa yang menjadi kegemaran masyarakat sekitar atau hal-hal yang tidak diperbolehkan. Anda harus bisa menyatu dengan masyarakat terlebih dahulu agar keberadaan usaha Anda dapat diterima.
Jika sudah mempelajari kultur masyarakat asli, maka mulailah menganalisa bisnis kuliner apa saja yang bisa dilakukan. Apabila memutuskan untuk membuka usaha kuliner khas daerah maka Anda harus pastikan cocok dengan selera masyarakat.
Di kota besar seperti Jakarta, masyarakat yang hidup sangat heterogen dan hal ini juga berpengaru hterhadap gaya hidup mereka. Perbedaan gaya hidup masyarakat di sekitar pun juga mempengaruhi prospek bisnis ini. Ada masyarakat yang cenderung konsumtif, namun ada juga yang lebih selektif. Macam-macam karakter dan gaya hidup orang
2. Menciptakan nilai sosial
Posisi Anda sebagai pendatang di tengah lingkungan sekitar yang heterogen menuntut untuk mawas diri. Sehingga keberadaan usaha Anda harus memiliki nilai manfaat bagi masyarakat di tempat usaha tersebut berdiri. Contohnya dengan cara mempekerjakan tenaga kerja dari penduduk sekitar atau tetangga. Dengan begitu keberadaan usaha Anda akan dipandang penting oleh masyarakat sekitar dan mereka juga akan men-support perkembangan usaha Anda.
Selain itu Anda juga harus jeli dan peka dengan keadaan sekitar. Misalnya ketika ada hajatan yang melibatkan seluruh masyarakat, Anda harus memaklumi hal tersebut dan memilih untuk berpartisipasi untuk kebaikan bersama. Sebab jika nilai sosial usaha Anda anjlok, maka akan sulit untuk mengembangkan usaha ke depannya karena masyarakat sudah memandang Anda sebagai orang yang tidak peduli sosial.
3. Promosi lewat paguyuban
Jangan lupakan juga keberadaan rekan satu daerah di perantauan. Mereka dapat menjadi aset berharga untuk usaha Anda, misalnya dipekerjakan sebagai juru masak atau orang yang mengerti resep. Dari mereka juga Anda bisa mendapatkan jaringan konsumen yang luas. Rekan-rekan Anda tersebut tentunya juga memiliki banyak koneksi baik di tempat kerja, atau lingkungan tinggal mereka sehingga ketika Anda memperkenalkan usaha kepada masyarakat, promosi akan lebih cepat tersebar dari mulut ke mulut.
Dari perkumpulan ini juga Anda bisa meraup keuntungan. Biasanya perkumpulan keluarga masyarakat daerah seringkali mengadakan acara kumpul-kumpul atau hajatan lainnya sesama perantau. Agar lebih kental dengan suasana asli kampung halaman, mereka akan menggelar acara tersebut di tempat-tempat yang menyediakan suasana maupun makanan khas daerah asal mereka tersebut, misalnya rumah makan. Hal ini tentu saja menjadi potensi bisnis yang sangat besar, karena selain dapat mempererat silaturahmi juga mendatangkan keuntungan buat Anda.
4. Menjalin koneksi dengan sesama pengusaha perantau
Berada di perantauan tidak serta merta membuat persaingan usaha dengan sesama perantau menjadi tinggi. Justru sebaliknya, hubungan kekeluargaan satu daerah bisa menciptakan persaingan sehat yang menguntungkan sesama. Hal didasari oleh rasa kebersamaan dan keinginan untuk membudidayakan kuliner daerah di tanah rantau.
Beberapa pengusaha perantau yang pernah diwawancarai oleh redaksi mengakui hal ini. Misalnya pengusaha Bakso Malang di daerah Kota Harapan Indah, Bekasi, mereka mengaku tergabung dalam satu paguyuban. Walaupun bersaing dalam usaha, mereka saling support satu sama lain ketika ada yang membutuhkan dukungan untuk usaha. Sehingga keberadaan bakso Malang di Bekasi tidak tergerus dengan kemunculan kuliner lain.
(Bayuaji Alviantoro)