Mengubah Limbah Menjadi Bisnis Jutaan
Mendengar kata “limbah” saja sudah membuat sebagian orang jijik dan nggak tertarik menekuninya, terlebih mengolah bahan limbah untuk bisnis?! Oh tidaaaak, jerit mereka yang membayangkan betapa kotornya limbah. Tahukah Anda, dibalik kotor dan baunya limbah ternyata dapat kita olah menjadi kegiatan bisnis yang tak kalah menggiurkannya. Sebagaimana kita tahu limbah merupakan hasil sampingan kegiatan dan tidak termanfaatkan. Salah satu yang menarik adalah limbah pertanian mengingat kegiatan pertanian adalah pekerjaan yang pertama kali dilakoni manusia pertama (Adam).
Selain itu ada juga limbah yang berasal dari kegiatan pertanian dan sisa pengolahan hasil-hasil pertanian, menarik sekali dicermati karena disamping sisi kotornya, ada sisi lain yang bila diolah dan dimanfaatkan akan menjadi barang atau produk yang justru memberikan manfaat bagi penggunanya.
Membangun bisnis limbah sama dengan membangun bisnis hijau. Selain mendapatkan nilai ekonomis, bisnis limbah juga membantu menjadikan lingkungan lebih bersih dan sehat. Sangat disayangkan bila kita tidak mengetahui potensi limbah untuk dimanfatkan sebagai ladang bisnis. Bahkan negara maju seperti Jepang telah lebih dahulu menaruh perhatian besar pada pengelolaan dan pengolahan limbah.
Beragam produk yang dapat dikembangkan dari limbah pertanian. Untuk menjadikannya bernilai jutaan rupiah. Bagi Anda yang memiliki jiwa wirausaha tentu harus kreatif dan jeli melihat peluang pasar. Seperti bisnis limbah yang dilakukan dari daerah Jatisari Kabupaten Karawang, Jawa Barat – mereka mendirikna lokasi penempatan peserta Indonesia Bangun Desa (IBD). Sebagai sentra padi di lingkungannya, tentu banyak unit usaha penggilingan beras di daerah ini. Dari hasil pengolahan padi menjadi beras ternyata menghasilkan limbah yang banyak namun kurang termanfaatkan seperti dedak dan sekam.
Salah satu unit usaha pabrik penggilingan beras terbesar di daerah Karawang mampu menghasilkan limbah sekam kurang lebih 30 ton per satu kali produksi. Dari 30 ton digunakan sebanyak 23 ton sebagai bahan bakar untuk proses pengeringan gabah kering panen (GKP) menjadi gabah kering giling (GKG). Sisanya 7 ton dijual ke unit usaha lain. Pemanfaatan limbah sekam sebagai bahan bakar ternyata masih menyisakan sekitar 3 ton sisa hasil pembakaran berupa campuran abu dan arang sekam.
Sisa hasil pembakaran sekam bisa dimanfaatkan sebagai produk pertanian yang bernilai ekonomis. Contoh produk yang baru diketahui saat ini adalah media penghantar untuk pengasinan telur, briket, media tanam dan arang aktif. Dari produk-produk tersebut tinggal dikembangkan strategi usahanya.
Nilai-nilai apa yang akan diberikan pada produk sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipakai dan disebarluaskan penggunaannya? Apakah melalui penggunaan inovasi teknologi? atau melalui penyebaran pengetahuan tentang kegunaan produk yang belum terlihat selama ini?
Apa pun nilai yang dikenakan pada produk, sebaiknya memerhatikan poin kunci rangkaian strategis berikut ini:
- Utilitas bagi pembeli– Apa keistimewaan yang diterima pembeli atau konsumen dalam produk atau jasa yang ditawarkan?
- Harga, bisakah harga yang ditawarkan untuk dijangkau oleh massa pembeli?
- Biaya, bisakah mencapai biaya sasaran demi meraih laba pada harga strategis yang telah ditentukan?
- Pengadopsian, hambatan-hambatan pengadopsian apa yang ditemui dalam mewujudkan ide bisnis, dan apakah hambatan-hambatan tersebut sudah ditangani secara langsung?
Jika semua poin tersebut mampu dijawab oleh strategi bisnis yang dikembangkan maka ide bisnis layak dikembangkan secara komersil. Jangan lupa untuk melakukan kajian teknologi, pasar (termasuk industri alternatif, kelompok pembeli, penawaran produk pelengkap) ini perlu Anda cermati agar usaha dapat mendatangkan nilai lebih bagi pengelola dan konsumen pasar tentunya. Ide bisnis dari bahan baku limbah dapat menjadi alternatif pilihan model bisnis baru yang hendak Anda bangun.
(Eni Setiati/dari berbagai sumber)