Lulus kuliah? Jadi pengusaha aja!
Momen ketika lulus kuliah/sekolah biasanya menjadi penantian panjang bagi insan pelajar atau mahasiswa untuk menapaki jenjang karir selanjutnya. Setelah lulus kuliah biasanya para lulusan tersebut berlomba-lomba mencari pekerjaan yang menjanjikan kehidupan mapan. Padahal menurut data statistik BPS jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia, tahun 2013 lalu hanya 110,8 juta, sementara jumlah angkatan kerja yang lulus kuliah tahun itu mencapai 118,2 juta jiwa. Hal ini berarti terdapat defisit lapangan pekerjaan yang membuat potensi pengangguran di masyarakat semakin besar.
Sekarang, mengapa para sarjana atau lulusan perguruan tinggi tersebut harus berebut pekerjaan, jikalau mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri? Ya, potensi bisnis yang dimiliki kaum muda sesungguhnya sangatlah besar, hanya saja mindset yang salah selama ini masih melekat pada sebagian masyarakat. Bahwa kuliah dan kemudian menjadi sarjana, untuk kemudian mengincar pekerjaan dengan jenjang karir yang semakin tinggi akan menjanjikan kesuksesan. Tidak ada yang salah memang, namun jika setiap lulusan berpikiran seperti ini maka hampir dapat dipastikan setiap tahun Indonesia akan kekurangan lapangan pekerjaan.Imbasnya juga akan menimpadunia bisnis, dimana usaha yang ada menjadi sangat kekurangan tenaga SDM ahlidi bidangnya masing-masing.
Dewasa ini mental berwirausaha sebetulnya sudah ditanamkan pada kurikulum pendidikan sekolah, bahkan sebelum jenjang perguruan tinggi. Sudah banyak contoh sekolah-sekolah yang memberikan pendidikan wirausaha pada murid-muridnya. Di tingkat perguruan tinggi pun sudah banyak mahasiswa/i yang menjalankan usaha sembari kuliah, banyak diantaranya bahkan memiliki omzet yang menjanjikan. Ambil contoh bisnis Boneka Horta, brownies ubi/singkong, dan masih banyak lagi.Hanya saja untuk praktek riil di lapangan memang masih belum dapat dilakukan dengan sempurna karena mindset yang ditanamkan tadi masih salah. Selain itu biasanya karena terkendala masalah modal.
Oleh karena itu mulailah merubah mindset tersebut, bahwa pendidikan setinggi mungkin bukan untuk membentuk diri menjadi pekerja, namun justru untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Lalu bagaimanakah para lulusan ini bisa membuka bisnisnya sendiri? Ya, dengan mengimplimintesikan ilmu yang diapatnya selama sekolah atau kuliah tadi. Ambil contoh misalnya untuk sarjana lulusan fakultas pertanian, mengapa tidak membuka bisnis di bidang pertanian, seperti membuka perkebunan atau pertanian dengan sistem on farm (membuka lahan). Implementasi dari ilmu pertanian yang dipelajarinya selama bertahun-tahun tentu merupakan input positif bagi bisnisnya, misalnya dalam cara memperlakukan tanaman atau mencegah serangan hama.
Jika modal yang menjadi kendala, bisnis tersebut bisa dimulai dari yang skala kecil dulu misalnya mengolah hasil-hasil pertanian menjadi produk bernilai jual lebih tinggi. Contohnya seperti membuat brownies atau cake dari singkong tadi. Ataubisa juga dengan menjalin kerjasama dengan para pengusaha kecil atau UKM untuk memasarkan produk usaha mereka hingga lebih dikenal luas. Ilmu marketing yang dipelajari selama ini pun dapat digunakan untuk mengatasi situasi pasar yang terkadang tidak menentu sehingga peluang bisnis untuk survive dan berkembang menjadi lebih besar ketika dijalankan oleh ahlinya.
Hal yang paling penting adalah merubah mindset terlebih dahulu, bahwa kuliah bukan untuk menjadi pegawai di kemudian hari akan tetapi justru untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Sehingga diharapkan dengan banyaknya tenaga ahli yang terjun langsung membuka bisnis. Masa mendatang jumlah bisnis di Indonesia tidak hanya meningkat secara kuantitas namun juga kualitas. Lulus kuliah untuk jadi pengusaha? Mengapa tidak.
Bayuaji Alviantoro